Dec 4, 2013

Akhir cerita tentang kita.

Kala itu, menjelang senja disertai hujan kamu datang.
Aku telah membangun pertahanan untuk diriku sendiri sebelumnya dan sangat berharap agar pertahanan ini tidak akan rapuh sedikitpun.
Kita duduk bersama berhadapan, diiringi suara rintik hujan.
Lalu kamu pindah, kamu duduk disampingku dan pertahananku mulai goyah.
Kamu memulai segala percakapan yang akhirnya akan menjadi kenangan.
Lantas, ini salah siapa?
Salahku yang terlalu melepasmu begitu cepat tanpa pernah menyadari keadaaan hati sesungguhnya.
Dan salahmu untuk tidak mengalahkan ego-mu demi untuk menjaga "kita"

Rintik hujan membesar, pertahananku semakin goyah disaat kamu luapkan apa yang perlu untuk aku ketahui.
Aku bertahan dalam diamku, tersenyum dihadapanmu, mencoba menahan untuk tidak terlihat seperti apa sesungguhnya.
Semakin banyak kalimat yang kamu keluarkan, semakin aku tidak ingin menatapmu.
Karena apa?
Dengan menatapmu pertahananku bisa hancur hanya dalam satuan waktu.
Kamu terus bicara, dan hujan semakin deras.

Sekarang waktunya aku yang meluapkan apa yang perlu kamu ketahui.
Perlahan mencoba menatapmu, dan seketika itu juga.....semua hancur.
Pertahanan yang sudah aku siapkan jauh sebelum kedatanganmu..
Aku bicara, dan menangis.
Aku memintamu pergi, dan jangan pernah muncul lagi.

Kita terus bicara, ditemani rintikan hujan.
Ditemani tetesan air mata.
Lalu, kita berhenti.
Mencoba diam dan sibuk dalam pikiran masing-masing.
Sibuk mencari cara agar dapat saling membohongi apa yang sesungguhnya kita rasakan.

Dan saat aku sedang sibuk mencari cara agar aku dapat membencimu sepenuhnya, kamu memelukku erat.
Aku tidak cukup kuat untuk tidak tenggelam dalam pelukkanmu.
Menangis dibahumu, tenggelam dalam keheningan senja.
Aku sangat mencintaimu.
Dan itu bukan hanya sekedar klise, aku serius.

Kamu ingin pergi, tapi mengapa kamu tidak memberikanku alasan untuk membencimu?
Setelah semua yang kita lalui bersama, tidakkah kamu ingin tetap disini? Disisiku?
Inikah akhir dari cerita kita? Dari semua kenangan yang telah kita rangkai bersama?
Segini sajakah artiku untukmu?
Sebatas ini sajakah kamu memperjuangkanku?

Aku tidak menyalahkanmu untuk segala hal yang telah, dan memang harus terjadi.
Karena memang ini adalah salahku yang membiarkanmu pergi.
Membiarkanmu memiliki duniamu.

Sederhana saja permintaanku,
Pergilah dan jangan pernah kembali jika aku memang benar-benar tidak berarti untukmu.
Pergilah jika memang sudah ada yang lebih bisa membahagiakanmu daripada aku.

Yang perlu kamu ketahui adalah;
Aku tidak pernah benar-benar membencimu
Aku tidak pernah benar-benar ingin kamu pergi
Aku tidak pernah benar-benar menyesal menjadi bagian hidupmu
Aku tidak pernah benar-benar bisa tanpamu
Aku telah terlalu jauh untuk bisa kembali ke jalanku sendiri

Tapi jika memang ini jalannya,
Disinilah dengan rintikan hujan...
Kamu pergi, dan meninggalkan banyak cerita
Cerita yang tidak pernah benar-benar bisa aku buang.
Kembalilah, kapanpun kamu mau...
Karena aku tidak pernah benar-benar bisa tanpamu.
Namun, jangan pernah kembali jika aku memang tidak lagi menempati suatu ruang dihatimu
Kamu berhasil memiliki suatu ruang khusus dalam hatiku.
Selamat berbahagia dengan duniamu, terima kasih telah menjadi bagian dari catatanku.

Aku benci hujan
Hujan selalu menjadi saksi kita
Hujan selalu mengingatkanku tentang kita
Dan hujan selalu membawa kenangan kita kembali kepadaku
Ya hujan selalu mengingatkanku akan kehadiranmu, dulu...


Sincerly,


 Orang yang selalu mencintaimu dengan keegoisannya.

No comments:

Post a Comment