Dec 11, 2013

Untuk kamu, bukan dia.

Ini bukan lagi tentang dia.
Bukan.
Ini buat kamu yang ada buat aku saat aku butuh.
Lupakan sejenak tentang frasa dan coklat.

Siang itu kantin tidak ramai dan juga tidak sepi.
Aku duduk sendiri dipojok kantin, menikmati sebuah proses pendewasaan.
Kamu tahu, seberapa basah luka yang dia tinggalkan.
Dan aku harus, harus menikmatinya.

Malam sebelumnya kamu memintaku untuk menceritakan semuanya.
Dan kita memang sudah membuat janji untuk bertemu di tempat itu.
Tak lama, kamu menghampiri.
Sudah berapa lama kita tak sedekat ini?
Sudah berapa lama kita tidak duduk berdua dan membicarakan obrolan ringan?

Kamu memulai, memintaku bercerita apa saja yang terjadi saat kita tak lagi bersama.
Aku mulai bercerita tentangnya, tentang segala kenangan manis yang benar-benar tidak patut untuk diingat.
Tentangnya yang pergi dengan yang lain.
Kita larut dalam obrolan ringan itu sampai teman-temanku menghampiri kita.
Mereka hanya bercanda, dan kamu pergi karena suasana yang sudah tidak memungkinkan untuk kita berbicara lebih jauh.

Lalu kita duduk di dekat koridor yang terpecah menjadi 3 jalan.
Melanjutkan obrolan ringan yang sempat tertunda.
Dan lagi, sekarang giliran temanmu atau bahkan belahan jiwamu itu yang merusak suasana.
Obrolan kita menjadi terpotong terus dan terus.
Sampai akhirnya kamu mengantarnya ke suatu tempat, dan aku menunggu.

Tak lama kamu kembali dan siap untuk melanjutkan obrolan ringan kita.
Mendengarkan cerita-ceritaku.
Yang selalu diakhiri dengan spekulasi darimu, tak peduli benar atau salah.
Kita terus larut dalam obrolan yang bahkan sama sekali tak berarah.
Sampai akhirnya, lagi...teman-temanmu merusak suasana.
Namun kali ini kita tetap melanjutkan obrolan ringan kita.

Obrolan kita sampai pada titik akhirnya.
Titik yang tidak menemukan ujungnya, namun kamu bilang kamu yakin bahwa titik itu berujung.
Kita sama, kita sama-sama egois dan kita sama-sama terlalu mementingkan ego masing-masing.
Aku memutuskan untuk pulang, cuaca sudah mendung dan....ya aku tidak pernah suka hujan.

Kamu mengejarku dan menawarkan diri untuk mengantarku.
Dan kita terlibat sedikit obrolan ringan lagi.
Di dekat bangunan itu, di dengarkan oleh kayu dan pohon.
Obrolan yang biarlah hanya kita yang tahu dan biarkan kayu dan pohon menjadi saksinya.

Kita berdebat tentang isi perut.
Yap, kita belum makan.
Dan seketika hujan turun.
Hujan hujan hujan dan hujan, aku tida pernah suka dengan hujan.
Dan.....itulah saat dimana segala cerita dimulai kembali.
Hujan selalu memulai segala ceritaku.

Aku hanya ingin berterima kasih atas apa yang telah kamu lakukan.
Untuk tetap mengizinkanku bermain di dalam fairytale.
Untuk tetap mengizinkanku meminjam fairytalemu.
Dan untuk selalu ada disaat aku membutuhkanmu.
Selamat malam!


with love,

AZS

No comments:

Post a Comment